‎APH Tutup Mata Dengan Adanya ‎Kuari di Rumbai Bukit Yang Jadi Sumber Rezeki Para Nelayan di Ambang Putus Asa

- Editor

Rabu, 5 November 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy


Pekanbaru, Rilispublik – Aktivitas Kuari di Rumbai Bukit di duga jadi sumber utama pencemaran Sungai Tekona yang kini berubah warna menjadi cokelat pekat dan hampir tak lagi layak bagi kehidupan ikan, Rabu(5/11/25).

‎Dari hasil pantauan lapangan di kawasan Rumbai Bukit, Kecamatan Rumbai, terlihat aktivitas alat berat jenis ekskavator tengah mengeruk dinding bukit yang telah terbelah. Lumpur dari galian itu mengalir melalui parit-parit kecil menuju aliran sungai di bawahnya.

‎Kondisi tersebut tampak jelas pada Rabu (5/11/2025). Air sungai yang dulunya jernih kini tampak keruh pekat. Bekas tumpahan lumpur terlihat hingga ke bantaran. Meski situasi itu sudah berlangsung cukup lama, belum terlihat adanya tindakan penyegelan atau penghentian aktivitas di lokasi.

‎Truk-truk tambang masih keluar masuk tanpa hambatan, memicu pertanyaan publik: siapa yang bertanggung jawab atas maraknya aktivitas kuari di Rumbai, dan di mana para penegak hukum?

‎Nelayan di Ambang Putus Asa

‎Di bagian hilir Sungai Tekona, para nelayan mengaku semakin kesulitan mencari ikan. Jaring mereka kini sering kosong, dan air sungai terasa bau lumpur.

‎“Airnya bau, berlumpur, dan ikan sudah tak mau naik ke permukaan,” ujar Mas No, salah satu nelayan yang telah lebih dari dua dekade menggantungkan hidupnya di Sungai Tekona.

‎Mas No juga menuturkan, anak-anak di kampungnya kini dilarang mandi di sungai karena mulai mengalami gatal-gatal dan iritasi kulit.

‎“Sungai Tekona sudah mati pelan-pelan. Dulu tempat kami mencari makan, sekarang malah membawa penyakit,” tambahnya dengan nada lirih.

‎Sejumlah warga menilai lemahnya pengawasan dan lambatnya respon aparat berwenang membuat aktivitas tambang terus berjalan.

‎Sungai Tekona kini menjadi simbol luka ekologis di tengah maraknya eksploitasi alam tanpa kendali. Jika tidak ada langkah tegas dari pemerintah dan aparat penegak hukum, bukan hanya sungai yang akan mati, tetapi juga kehidupan masyarakat yang bergantung padanya.

‎“Jika sungai ini mati, kami pun mati,” tutup Mas No, menatap aliran air yang kini lebih mirip lumpur daripada sungai tempatnya mencari nafkah.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Gerak Cepat Kapolsek Sungai Keruh Dua Pelaku Pencurian Bibit Sawit PT. MMM Diamankan
Kampung Mulya Sari Gelar Musrenbang RKPK 2026
DPP AMI Bahas Penguatan Ekosistem Pers Nasional dalam Rakerpus 2025 di Hotel Resty Menara
Presiden Prabowo Resmi Bentuk Kementerian Haji dan Umrah Lewat Perpres 92/2025
Pemkab Pringsewu Kembali Gelar ‘Ngopi Serasi’
Bupati Novriwan Tutup TAF ke-9
Sadis! Diduga Jadi Algojo PT KAP Miraranti, Oknum Anggota Marinir inisial BSR Pukuli Warga yang pungut Brondolan Kelapa Sawit
SP3 Cacat Hukum PH pelapor pertanyakan profesionalisme penyidik polres Lebong
Berita ini 13 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 5 November 2025 - 20:10 WIB

‎APH Tutup Mata Dengan Adanya ‎Kuari di Rumbai Bukit Yang Jadi Sumber Rezeki Para Nelayan di Ambang Putus Asa

Rabu, 5 November 2025 - 13:48 WIB

Gerak Cepat Kapolsek Sungai Keruh Dua Pelaku Pencurian Bibit Sawit PT. MMM Diamankan

Rabu, 5 November 2025 - 12:50 WIB

Kampung Mulya Sari Gelar Musrenbang RKPK 2026

Selasa, 4 November 2025 - 20:45 WIB

DPP AMI Bahas Penguatan Ekosistem Pers Nasional dalam Rakerpus 2025 di Hotel Resty Menara

Selasa, 4 November 2025 - 09:57 WIB

Presiden Prabowo Resmi Bentuk Kementerian Haji dan Umrah Lewat Perpres 92/2025

Berita Terbaru

Daerah | Lampung

UNIGORO 2025 Menjadi Ajang Puncak Prestasi Silat Bojonegoro.

Kamis, 6 Nov 2025 - 23:11 WIB

Daerah | Lampung

Camat Negeri Agung Hepi Haryanto Hadiri Tiga Agenda Penting dalam Sehari

Kamis, 6 Nov 2025 - 16:06 WIB

Daerah | Lampung

Wabup Romli Turun Langsung Gotong Royong Perbaiki Jalan di Abung Tengah

Kamis, 6 Nov 2025 - 13:39 WIB